Wednesday, June 25, 2008

MENDARAT DI BANDARA

Perjalanan dengan pesawat terbang selama hampir 9 jam, sudah amat melelahkan. Kenyakinan sudah pasti, seperti dijadwalkan sebelumnya, akan tiba di Jeddah pada jam yang tentukan. Ketika kupandang dari jendela pesawat terbang ke arah bawah. Sudah tertangkap oleh mataku luasnya padang pasir. Yang pasti luasnya padang pasir. Yang pasti, ini sudah sampai ke jazirah Arabia, pikirku dalam hati. Tak lama kemudian, aba-aba pun datang. Semua dianjurkan agar memakai sabuk pengaman. Karena sebentar lagi akan tiba di bandara King Abdul Aziz, Jeddah, Arab Saudi. Ketika itu kurasakan pesawat sudah mulai merendahkan posisinya. Ditatap pun dari jendela, sudah kelihatan kemukiman penduduk. Jeddah sudah di depan mata. Tak lama lagi kami akan mendarat di negeri lain. Bukan lagi di negeri sendiri Indonesia. Istri saya mengigatkanku membaca Al-Fatiha 1x dan menghadiahkannya pada penduduk Jeddah. Dengan maksud agar mereka itu menyambut ramah kedatangan kami. Memang itu benar. Nasehatnya masuk akal. Lalu sayapun membacanya dalam hati. Dan tidak lama kemudian, benturan roda pesawatpun terasa, pertanda pesawat kami telah menyentuh landasan bandara. Pesawat berjalan dengan energi kinetik yang tersisa. Hingga berhenti. Semua mengucapkan Alhamdulillahi robbil Alamin. Kami telah sampai dengan selamat tiba di negara tujuan. Aba aba datang lagi, memastikan bahwa kami telah sampai dengan selamat. Penumpang diharap tenang dulu. Jangan ada yang beranjak dari tempat duduknya. Sebelum ada-aba dari dinas penerbangan Saudi Arabia. Mulanya ada juga yang tak peduli. Ada yang bergegas mengambil barang-barangnya dari bagasi. Tapi ketika mickropon berbunyi lagi, semua diharap tenang. Jangan ada dulu yang berdiri, kita harus patuh pada peraturan di sini. Ini bukan lagi negara kita.mendengar itu, semua langsung duduk kembali. Hingga perintah untuk keluar dari pesawat disampaikan lagi oleh petugas bandara tersebut. Saya duduk saja di tempat saya. Ku pandang melalui jendela. Nampak bagunan-bagunan yang berdiri megah. Tapi bukan lagi berganya arsitektur Indanesia. Perasaan kagum ada,. Apalagi saya sudah menyaksikan langsung apa yang belum pernah saya lihat seperti ini. Perasaan bangga, perasaan syukur pada tuhan yang telah memberi perjalanan yang amat manyenangkan ini. Maha besar Allah yang telah memperjalankan hambanya. Bisikku dalam hati. Setelah perintah untuk boleh keluar dari pesawat telah disampaikan oleh petungas. Semuanya sportif mengambil barang-barangnya. Yaitu barang barang yang kecil yang memang disandang dari tadi. Kalau barang kami yang berukuran besar, sudah dari kemarin waktu di Indonesia berpisah dari kami. Tapi yang jelas sudah ada bagasi di bawah pesawat ini. Barang kami itu yang sudah dimasukkan sebelum kami tiba di bandara Polonia dan sekarang akan di turunkankan pula oleh petungas bongkar muat sesudah kami selesai keluar nanti. Pesawat kami memang amat besar, mampu menampung penumpang sebanyak 450 orang. Kamar-kamarnya banyak. Lorong-lorongnya banyak. Entah berapa kali kami membelok melalui gang-gang kecil di pesawat itu, barulah kami tiba di pintu pesawat. Barulah kami bisa memandang langsung daratan Arabia.
Dari pasawat itu, kami meniti jambatan penyeberangan langsung menuju ruang lobi. Sejauh kira-kira 60 meter. Hingga sampai pada ruangan pemeriksaan pastport.
Dari link dibawah ini anda bisa ke Cerita haji lainnya
Bila ingin membaca buku karangan saya mengenai haji,anda bisa memperoleh bukunya dengan mengklik link ini

Monday, June 16, 2008

When I was doing pilgrimage in Mecca in 2002



When I was doing pilgrimage in Mecca in 2002. I never thought that English is very important. I have been able to speaking English since I was in secondary. Thought my English just a little. When I was there, I couldn't speak Arabic. And they couldn't speak Indonesian to me. Suddenly I remembered about English. I felt very satisfy to speak to them. And they understood English. Oh my god. Every my case could be overcome by that language. If wanted to buy something, to asked everything, English made it easier. Because they understand it. Mr tanjung panyabungan